Mido ini saya dapat sebelum saya "memeluk" hobi horologi. Sebenarnya sejak kecil saya sudah menyukai jam. Baik jam dinding maupun jam tangan. Kelas 1 SD saya sudah sering memakai Titoni Airmaster milik Oma ke sekolah. Kelas 6 SD saya mendapat hadiah kelulusan - hadiah yang saya idam-idamkan sejak kelas 4 - sebuah jam Casio digital yang ada musiknya. Saya sangat mencintai jam itu, kemanapu, dalam kegiatan apapun (termasuk tidur, mandi dan berenang) jam itu tetap menempel di tangan. Sampai akhirnya hilang entah kemana. Di SMP saya dikenalkan dengan jam mesin oleh ayah saya. Waktu itu beliau punya Seiko Sealion, tapi saya tidak suka jam Jepang (tidak tahu kenapa, sampai saat ini pun masih belum bisa menyukai jam Jepang kecuali bila memang benar-benar unik. Padahal saya sangat mengerti bahwa kualitas jam Jepang tidak kalah dengan jam Swiss). Sampai suatu saat di awal Januari 2010 ibu saya memberi saya Mido mini ini dalam kondisi tanpa kaca. Rupanya Mido ini tersimpan baik dalam brandkas, termasuk ketika rumah saya (dan brandkas itu juga tentunya) terbakar habis tahun 1999. Mungkin mika Mido tersebut lepas karena panas yang tinggi akibat kebakaran, karena tidak ada bekas lelehan pada dial maupun casingnya.
Ketika saya menerima Mido ini, betapa heran saya melihat jam mesin sekecil ini. Diameternya cuma 17mm. Cukup sulit menemukan infonya di internet. Ada pun tidak berupa info lengkap, hanya menerangkan fitur standar dan sedikit narasi bahwa pada jamannya Mido ini termasuk kualitas nomor wahid (bahkan konon Rolex pun kuwalahan menandinginya saat itu). Bahkan termasuk kaliber terkecil yang memakai sweep-second. Kondisinya full original. Jam mungil ini punya sejarah yang dalam. Jam ini sebenarnya adalah hadiah dari Opa untuk Ibu saya ketika Ibu berumur 7 tahun (1956). Pada waktu itu Oma mengetahuinya setelah hanya 3 hari Ibu saya sempat memakai jam itu, kemudian "merampasnya" sambil berkata,"anak kecil gak usah pake jam mahal-mahal..." dan menyimpannya dalam brandkas sampai ketika brandkas itu dibuka setelah terbakar bersama rumah saya. Jadi kondisi memang pristine mint full original, kecuali kaca dan strapnya.
Water-proofing masih menggunakan ring timah, bukan karet. Hukumnya: bila caseback dikencangkan maka ring timah akan "larut" mengikuti tepi dalam caseback sampai rapat, sehingga kondisi dalam ruang mesin kedap udara dan tidak kemasukan air (thats why di caseback sebelah dalam ditulis "vacuum"). Teknologi ini memiliki kekurangan dibanding karet. Memang keduanya sama-sama punya umur. Tapi bila ring timah berkarat/berkorosi, bisa menyebabkan caseback sulit atau bahkan tidak bisa dibuka karena baja casing dan baja caseback "terrekatkan" oleh timah berkarat. Bila memakai karet, bila karet itu sudah sampai pada umurnya, paling-paling karet itu kering atau rontok dan tidak menyebabkan caseback sulit dibuka. Kaliber 0617P automatic (Powerwind) ini bekerja 18000 BPH, menggunakan incablock dan incastar untuk regulasinya. Dikatakan dalam info yang saya dapat bahwa kaliber ini memiliki "extra large scale regulator". Dan hal itu saya buktikan dengan menyetelnya hingga akurasi +/- 10 detik saja PER MINGGU. Suatu hal yang saya kagumi dari sebuah kaliber in-house seperti 0617P ini, sebuah jam cewe dengan akurasi extra tinggi. Padahal kriteria COSC untuk jam cewe tidak seketat kriteria untuk jam cowo yang +6/-4 detik per hari. Bravo! KECIL-KECIL BAWA CLURIT!
Heritage
Mido ini saya dapat sebelum saya "memeluk" hobi horologi. Sebenarnya sejak kecil saya sudah menyukai jam. Baik jam dinding maupun jam tangan. Kelas 1 SD saya sudah sering memakai Titoni Airmaster milik Oma ke sekolah. Kelas 6 SD saya mendapat hadiah kelulusan - hadiah yang saya idam-idamkan sejak kelas 4 - sebuah jam Casio digital yang ada musiknya. Saya sangat mencintai jam itu, kemanapu, dalam kegiatan apapun (termasuk tidur, mandi dan berenang) jam itu tetap menempel di tangan. Sampai akhirnya hilang entah kemana. Di SMP saya dikenalkan dengan jam mesin oleh ayah saya. Waktu itu beliau punya Seiko Sealion, tapi saya tidak suka jam Jepang (tidak tahu kenapa, sampai saat ini pun masih belum bisa menyukai jam Jepang kecuali bila memang benar-benar unik. Padahal saya sangat mengerti bahwa kualitas jam Jepang tidak kalah dengan jam Swiss). Sampai suatu saat di awal Januari 2010 ibu saya memberi saya Mido mini ini dalam kondisi tanpa kaca. Rupanya Mido ini tersimpan baik dalam brandkas, termasuk ketika rumah saya (dan brandkas itu juga tentunya) terbakar habis tahun 1999. Mungkin mika Mido tersebut lepas karena panas yang tinggi akibat kebakaran, karena tidak ada bekas lelehan pada dial maupun casingnya.
