Monday 2 August 2010

HOGA Direct Time. Jumping Hour Automatic. Cal.1902. Swiss Made. Ca.1958

Saya mulai tertarik kembali pada jam adalah di akhir tahun 2009 ketika saya mulai merasa butuh jam (setelah lama mengistirahatkan Tag Heuer Formula 1 yang saya beli dengan uang kuliah). Saya mempunyai prinsip dalam membeli barang yaitu selalu mencari yang "terbaik" (terbaik kualitasnya, terbaik model/uniknya, terbaik nama/merknya, terbaik harganya), sehingga bisa saya gunakan untuk waktu yang lama (bahkan kalau bisa seumur hidup sehingga bisa saya turunkan kepada anak-cucu). Saya ingin memiliki sebuah jam mesin Swiss Made yang berkualitas tinggi dengan harga terjangkau oleh ATM saya. Tadinya saya hanya ingin punya 1, yang akurat, heavy duty (saya pakai jam di tangan kanan, dan saya sering menggergaji, menggambar, mengukir kayu, dll), dan saya beli dari baru agar saya bisa merawatnya secara total, sehingga kondisinya kelak bisa seperti Titoni Airmaster heritage saya. Waktu itu pilihan jatuh kepada Swatch Body & Soul seharga 2 juta rph dengan garansi 2 tahun. Tapi dengan jam itu saya tidak memperoleh kepuasan. Akurasi terus berubah. Sering berembun, kadang-kadang berhenti (mati) sebentar lalu jalan lagi, dan sebagainya, sehingga dalam jangka garansi 2 tahun itu, jam itu jarang berada di tangan saya karena mampir di service-center melulu. Kemudian saya membeli Swatch saya yang kedua, ketiga, dan terakhir Swatch Auto-Chrono "The Right Track" (but actually not right at all...), dan menghibahkannya kepada seorang kawan dalam kondisi Brand New in Box setelah saya menukarkannya untuk yang ke-empat kalinya di counter Swatch karena terjadi ketidakberesan. Tapi saya menegaskan bahwa hal ini sama sekali bukan berarti bahwa Swatch adalah produk yang jelek. Mungkin tidak jodoh saja dengan saya... Buktinya sekarang Swatch-swatch saya yang lain baik-baik saja..(saya punya 7 buah Swatch, 3 mesin, 4 batrei). Adik, Ibu, dan Ayah saya sekarang semua pakai Swatch..berbakti kepada keluarga itu wajib...tul btul btul..? ;-p

Penasaran terus berkecamuk dalam pikiran. Saya terus mencari di internet mengenai jam, khususnya jam tangan. Sampai saya melihat sebuah posting menarik di Koleksijamku. Hoga. Merk yang sama sekali belum pernah saya dengar. Kemudian saya surfing di internet dan hanya menemukan 3 site yang memuat tentang Hoga, dan itu pun tidak lengkap literaturnya. Dalam salah 1 site dicantumkan harganya hampir US$500 dalam kondisi mint. Lalu saya menghubungi Masbay, menanyakan harga (yang ternyata lebih murah dari Swatch baru), dan berjanji untuk melakukan COD yang pertama. Kencan pertama di Dunkin Donuts Citraland, Masbay datang bersama Abang Ganendra. Pertemuan pertama tidak berlangsung lama karena saya masih harus mengajar lagi jam berikutnya. Hoga ini menjadi monumen saya sebagai "kolektor ece-ece". Modelnya sangat unik. Jam mesin (automatic) tapi yang berputar adalah angkanya dan bukan jarumnya seperti kebanyakan jam yang dijumpai. Bentuknya pun unik, blok mesin berada "di bawah" strap sehingga hanya sekotak kecil 15 x 30mm yang nampak bila jam ini dipakai. Dan terus terang, teman saya sudah ada yang menawar sampai 2 juta rupiah, padahal saya dapat dari Masbay jauh di bawah harga itu..

Karena "kecintaan" saya terhadap jam ini, saya memodifikasinya sedikit, dengan mengubah jarum merah (yang tadinya ada di samping tulisan "Hoga") dengan lambang "Fleur de Lis" putih. Karena lambang itu memiliki filosofi tersendiri bagi saya.

Jam ini saya dapat tidak dengan strap originalnya yang berupa bracellet. Tapi tidak mengurangi keindahannya ketika saya pasang strap kulit beruang buatan sendiri.

Mesin extra muwluws. Akurasitopp. Heavy-duty.

Thx Masbay

No comments:

Post a Comment